Sabtu, 28 Juli 2018

Manfaat Menulis Bercorak Praktis



By
Mujiburrahman Al-Markazy

Pembaca sekalian, tulisan ini adalah lanjutan dari pembahasan kita tentang "Dasar-dasar Menulis". Sebagaimana sebelumnya telah penulis paparkan bahwa tulisan ini adalah bersumber dari video yang dipublikasikan pada kelas menulis online. Dengan alamat, Alineaku.co.id. Tulisan ini juga merupakan bagian dari tugas yang diberikan pada kelas dimaksud  Ini adalah tugas ketiga dari resume kedua video.

Pada video kali ini pak Cah, sapaan akrab dari Pak Cahyadi Takariawan, tidak sendiri. Melainkan beliau ditemani oleh bidadari hati beliau yakni istrinya tercinta, Ida Nurlaila. Menjelaskan di depan secangkir kopi hitam, ditemani beberapa buku. Yah, buku Wonderful Family dengan cover ungu cerah. Beliau melanjutkan materinya dengan pembahasan apa saja manfaat-manfaat menulis yang bercorak praktis. Tentu, maksudnya adalah kepada penulis secara praktis apa sih, manfaatnya?

*1. Menulis dapat dikenal publik*

Tidak semua penulis lantas menjadi terkenal dengan tulisannya. Tapi, rata-rata penulis dikenal melalui tulisan-tulisannya. Semakin banyak menulis, semakin kita dikenal oleh orang yang menyukai gaya kepenulisan kita. Orang yang terkenal tidak banyak, paling satu, dua saja. Tapi, rata-rata para penulis itu dikenal publik. Ada kemanfaatan dan kemudahan-kemudahan khusus apabila kita dikenal publik.

*2. Manfaat Ekonomis*

Ada beberapa manfaat secara ekonomis, seseorang dapatkan dari hasil kepenulisannya. Baik secara langsung maupun tidak langsung.

*a. Manfaat langsung*

Ketika seseorang selesai menulis. Tulisan-tulisannya kemudian dicetak oleh penerbit mayor. Maka, secara ekonomis ia akan mendapatkan royalti dari setiap eksemplar yang terjual. Boleh juga penulis dan penerbit menyepakati sistem beli putus. Yah, secara praktis pundi-pundi ekonomi mengalir.

*b. Manfaat tidak langsung*

Ada juga manfaat tidak langsung yang didapat dari kepenulisan. Adapun manfaat tidak langsung yang didapat dari seorang penulis, adalah mengisi acara pada sebuah seminar. Biasanya jika buku atau tulisan kita telah dikenal, maka orang yang ingin mendengar secara langsung dan berdiskusi dengan kita. Kita akan diundang untuk mengisi simposium, seminar atau bedah buku yang telah kita tulis. Atau pada acara yang bertema sama dengan tulisan kita. Biasanya, ada uang saku atau biaya akomodasinya. Ini kemanfaatan ekonomis secara tidak langsung.

Pada kemanfaatan ekonomis secara tidak langsung ini. Pak Cah menambahkan tentang bagaimana seorang Kang Abik atau lengkapnya Habiburrahman El-Shirazy dalam bukunya "ayat-ayat cinta," dan Sang Laskar Pelangi, bang Andrea Hirata. Berapa banyak fulus yang dihasilkan dari film yang bersumber dari hasil tulisan mereka. Pak Cah menyebutkan, untuk royalti tulisan mereka saja lebih dari 4 milyar telah mengalir ke kantong mereka. Belum lagi hasil film yang menjadi box office.

*3. Manfaat Kesehatan*

Pada kolom ini, Pak Cah menyuruh kita melihat ebook yang telah diberikan. Saya sedikit mengutip dari buku beliau berjudul, "Menulis itu Membahagiakan Hati." Pada bab-4 dari buku tersebut "Menulis adalah terapi". Pada bab itu, sedikit menceritakan tentang orang-orang yang berhasil "terterapi" dari tulisan mereka.

Katakanlah Pak Habibie. Beliau mengalami goncangan hebat pada kematian dari istri tercinta beliau Bu Ainun Habibie. Beliau depresi. Sulit untuk melupakan kenangan bersama almarhumah. Sampai sang Profesor jatuh sakit. Ketika beliau telah dirawat di rumah sakit, beliau diminta untuk menuliskan segala sesuatu tentang Ainun tercinta. Tidak berselang lama pak Habibie pun sembuh dan menjadi segar bugar. Memang, menulis adalah terapi.

*4. Sebagai sarana untuk mengenal dunia*

Di Amerika, Pak Cahyadi pernah diminta untuk mengisi satu seminar bertema keluarga. Tapi, dari panitia meminta beliau untuk mengisi dengan sub tema khusus. Beliau sempat terkejut. Bagaimana mereka bisa meminta mengisi pembicaraan seputar tema khusus seperti itu. Ternyata, mereka mengetahuinya dari tulisan beliau yang dimuat di kompasiana. Yah, demikian seseorang bisa diterbangkan oleh buku keliling dunia. Bahkan, Pak Cah pernah menginjakkan kaki dari Sabang sampai Merauke disebabkan oleh tulisan beliau.

Sebelum Pak Cah akhiri materi beliau tentang dasar-dasar menulis. Beliau sedikit menekankan beberapa prinsip dalam menulis.

*Prinsip-Prinsip Menulis*

Menulis adalah aktifitas yang terikat dengan nilai. Bukan dunia yang tanpa nilai. Ada beberapa prinsip yang mesti diperhatikan oleh seorang penulis.

*1. Prinsip Kebenaran*

Maksudnya adalah benar secara value atau nilai. Dalam bahasa agama disebut Al-Haq. Maksudnya tulisan kita bermaksud mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal-hal yang benar dan semestinya. Ini jika tulisan kita bertujuan untuk ideologis atau untuk dakwah.

Ada nilai ukhrawi yang mesti dipertanggungjawabkan. Jika tulisan kita memberikan motivasi positif maka pahalanya akan terus mengalir walaupun si penulis telah berada di alam keabadian. Seperti, kemanfaatan yang orang dapat dari tulisan Ibnu Katsir, walaupun beliau tidak mendapatkan royalti. Beliau tetap mendapatkan pahala dari tulisan beliau atau terjemahan dari tulisan beliau. Atau juga inspirasi yang didapat dari tulisan yang dikutip melalui tulisan beliau.

*2. Prinsip Kebermanfaatan*

Menulislah sesuatu yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Contohnya, Pak Cah menulis tentang tema keluarga, "Family." Apa manfaat dari tulisan beliau kepada diri sendiri atau kepada orang lain. Jadi, prinsip kebermanfaatan ini berlaku dalam setiap aspek tulisan kita.

*3. Prinsip Etis*

Pak Cah menganjurkan kita untuk membaca dan mempelajari tentang fatwa MUI, tentang "Muamalah dalam berinteraksi di dunia medsos". Jangan sampai, tulisan kita malah menginspirasi kepada jalan kerusakan dan dosa. Atau jangan sampai tulisan kita mengandung provokasi atau menjatuhkan nama baik orang lain atau sebuah instansi. Berapa banyak, berita hoax yang beredar setiap hari. Pencemaran nama baik dan seterusnya semua bermula dari pelanggaran prinsip etis dalam menulis.

==================
Wanggudu, Asera, Sulawesi Tenggara.
Ahad, 29 Juli 2018 jam 08.57 wita.
#Alineaku

Minggu, 22 Juli 2018

"Wahai ide pergilah!": 5 Poin Mengais Inspirasi dalam Kepenulisan"


By
Mujiburrahman Al-Markazy

Judul yang sengaja penulis hadirkan adalah sengaja menggelitik kita sekalian tentang terlalu banyak unek-unek bagi penulis pemula untuk menemukan ide dari sebuah tulisan. Mulai dari awal di "Kelas Menulis Alineaku" running, dimulai. 

Banyak terhambur dan berseliweran pertanyaan yang mirip. Bagaimana menulis, bagaimana menemukan ide, dan pertanyaan-pertanyaan sejenis. Maka, dari tulisan ini, mudah-mudahan dengan menerapkan poin-poin yang sudah penulis ramu bisa dijadikan obat penawar atas pertanyaan sejenis.

Tentunya, dengan terus berlatih, menulis, menulis dan menulis insya Allah akan melahirkan penulis yang kebanjiran ide. Sehingga suatu waktu kamu akan katakan kepada ide yang datang, "Pergi dulu, jangan sekarang, tolong pergi wahai ide. Jangan menghampiri karena terlalu banyak yang antri". Wow, amazing.

Menurut teori yang penulis pernah baca ketika menduduki bangku perkuliahan. Tapi saya lupa judulnya, mengatakan kebiasaan yang dilakukan selama 21 hari berturut-turut cukup untuk membentuk karakter awal. 

Dalam teori sukses Malcolm Gladwell yang ia sebut dalam bukunya "Outliers". Bahwa, "Ketika seseorang telah menghabiskan masa 10. 000 jam dalam berlatih dan berlatih maka dia akan mencapai puncak kesuksesan yang ia lakoni". Malcolm mulai meneliti dari pemain biola handal sampai pemain bola internasional, Bill Gates dan tokoh kesohor lainnya. Semua atau kebanyakan dari mereka memulai sejak usia 5 tahun dan terus-menerus.  Ketika sang peneliti menghitung jumlah jam yang telah dihabiskan dalam berlatih. Semua rata-rata telah menghabiskan waktu berlatih hingga 10. 000 jam. 

Maka, setelah membaca tulisan ini. Mulailah kita berlatih hingga 10. 000 jam. Jika ingin bersinar dan ahli. Selamat berlatih. Kesuksesan dunia dan akhirat hanya dalam mempraktekkan nilai agama pada kehidupan ini secara sempurna. Semua dimulai dengan berlatih, berlatih dan berlatih. Bakat bukan faktor utama. Tapi, kerja keras, doa dan terus menerus. 

1. Berada dalam kondisi on

Satu yang mesti kita perhatikan dalam berkarya adalah perasaan on. Apa itu perasaan on? Saya juga kurang memahaminya. What? Tenang. Mari sama-sama kita bahas. 

Ketika seseorang berada di hadapan hidangan. Di situ ada makanan opening ada berbagai makanan pembuka, buah, jus dan aneka penggugah selera lainnya. Sate kambing, sate ayam, ikan air tawar maupun air asin, sayur mulai dari sayur asem, sayur lode dan aneka acar. Semua terpampang rapi. Makanan telah tersaji. Semua orang berjejer mengambil menu makanan yang disukai dan mengabaikan sesuatu yang tidak disukai. Semua mengantri tanpa terkecuali. Di sudut ruangan ada satu anak muda yang tidak bersegera mengantri seperti kebanyakan orang di meja prasmanan itu. 

"Dek, kamu tidak makan?"
"Tidak pak, lagi tidak mood". 
"Oh, ya sudah. Jangan cemberut gitu". 

Tidak tau apa yang dipikirkan oleh si pemuda itu. Entah diputus pacar, atau ada keluarga yang marahan di rumahnya atau karena tugas hasil penelitiannya ditolak pembimbingnya. Entahlah. Ada yang membuat dia tidak segera menyantap menu istimewa itu. 

Seperti itulah gambaran on. Banyak sebenarnya yang membuat orang itu on pada hal yang sepele sekalipun. Seseorang akan on pada hal-hal yang ia sukai. Seperti pada hidangan tadi. Tidak semua akan kita makan, mungkin karena capacity. Juga dilatarbelakangi oleh keinginan. Jika tidak ingin otomatis tidak akan dimakan. Seperti itupun ide. Banyak hal-hal yang menginspirasi setiap hari. Cuman, hal itu akan kembali kepada orang yang disamperin oleh inspirasi itu. Apakah ia berminat untuk mengambilnya atau tidak. 

Seorang pelukis ketika melihat seekor burung yang terperangkap dalam rimbunnya pepohonan, maka ide lukisan akan segera mengalir. Bagaimana cara ia menggambarkan kondisi burung tersebut. Jika dia pelukis abstrak, dia akan membuat abstraksi tentang itu. 

Jika dia seorang pujangga maka sebuah syair yang menggugah hati akan menwgalir. Jika dia seorang pendakwah maka kata mutiara dan motivasi islam akan terangkai dan tersusun, agar orang tidak salah dalam menggunakan nikmat. Sehingga tidak terperangkap dalam kenikmatan sesaat. Itulah on dalam menangkap inspirasi. 

Jadi, wahai saudaraku siapkan sikap on kamu dalam menjalani kehidupan. Supaya, kapan saja inspirasi datang menyapa kamu sudah siap merangkul. 

2. Menjaga stabilitas ide

Menjaga stabilitas ide. Bagaimana caranya? Hem, bagaimana yah. Yah, sebenarnya saudara-saudara sebagian sudah ada yang tau. Apalagi mungkin pernah baca tulisanku tentang. "Kamupun Bisa Menulis: 7 langkah menjadi Penulis." Kalau belum baca nanti sempatkan deh. Ada diantara kita sudah ada yang tau. Ketika ide itu lewat apa yang perlu diperbuat? Yah, ditangkap. Bagaimana cara menangkap ide. Minimalnya adalah ide itu segera ditulis. Tuliskan sedikit deskripsi tentang apa dan bagaimana ide itu. Tuliskan poin demi poin. 

Jika saudara sudah pernah membaca kitab Sohih Bukhari. Saudara akan memahami bagaimana Imam Bukhari menulis title atau pasal pada awal hadist yang akan beliau utarakan. Konon, Kitab yang fenomenal itu ditulis dalam jangka waktu 16 tahun. 

Beliau menyampaikan satu title atau pasal saja tentang "Orang Junub yang berjalan di pasar". Pada hadist yang beliau utarakan sama sekali tidak membahas tentang pasar. Hanya menceritakan tentang Abu Hurairah ra. ketika dalam keadaan junub pernah bergandengan tangan dengan Rasulullah saw, tepatnya Rasulullah saw yang menggandeng tangan Abu Hurairah-wow, begitu close, persahabatan Rasulullah saw. Ini tidak ada hubungannya dengan penyakit sosial LGBT, jadi jangan salah ambil dalil. Paham!.- tidak lama kemudian Abu Hurairah ra pergi diam-diam untuk mandi kemudian menghadiri perkumpulan Rasulullah saw. Maka, Rasulullah saw, bertanya, mengapa kamu pergi tadi tiba-tiba? Abu Hurairah ra bertutur, "Wahai Rasulullah saw saya dalam keadaan junub, saya tidak nyaman kalau duduk di sini dalam keadaan junub." Rasulullah saw menimpali, "Sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis". 

Pada hadist nomor 276 itu sedikitpun Imam Bukhari rah.a tidak meriwayatkan seorang sahabat yang berdagang di pasar atau usaha bisnis yang lain. Apa yang ingin saya sampaikan kepada kita sekalian? Bahwa mungkin itulah inspirasi yang hadir dalam benak beliau sehingga beliau memberikan title atau pasal tentang itu. Itulah suasana hati dan pesan moral yang ingin sang Imam sampaikan. Walaupun, dalam keadaan junub boleh beraktivitas seperti biasa selama belum memasuki waktu sholat. Ini juga semakna dengan hadist nomor 275 pada pasal yang sama. Beliau hanya menuliskan riwayat tentang Rasulullah saw, menggilir Istri-istrinya dalam satu malam tanpa harus mandi terlebih dahulu. Wallahu alam. 

3. Semua bisa jadi inspirasi

Apa saja yang terhampar untuk kita dipermukaan dunia ini adalah sumber inspirasi bagi kita. Hujan gerimis, ada anak yang mandi hujan kemudian flu, bisa jadi sumber inspirasi. Suami pulang ke rumah tanpa membawa pesanan istri atau anak, bisa jadi sumber inspirasi. Pak guru terlambat masuk kelas karena sibuk chatting dengan teman, bisa jadi sumber inspirasi. 

Bos marah tanpa sebab, kemudian ngoceh di kantor, bisa jadi sumber inspirasi. Anak lahiran, bisa jadi sumber inspirasi. Setelah taaruf, bisa jadi sumber inspirasi. Ditolak oleh calon mertua, bisa jadi sumber inspirasi. Intinya, apa saja kejadian di langit maupun bumi, siang ataupun malam semua ada hikmah Ilahiah yang bisa ditulis sebagai sumber inspirasi. Perhatikan ayat ini. 

"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi. Dan pada pergantian siang dan malam, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berfikir. Yaitu orang yang mengingat (kebesaran) Allah baik pada saat berdiri, duduk dan berbaring. Seraya berkata, "Wahai Rabb kami sesungguhnya apa saja yang Engkau ciptakan tidak ada yang sia-sia. Maha Suci Engkau, maka bebaskanlah kami dari azab api neraka (nanti)". (QS Al-Imran: 190-191)

Semua hikmah Ilahiah itu tinggal ditulis. Kemudian diambil hikmah dari setiap kejadian. Semoga bermanfaat kepada penulis dan pembaca untuk menata hidup di hari esok yang gemilang. 

4. Tidak ada yang sederhana

Kalau kita menyaksikan lebih detail tentang perikehidupan. Maka, akan nampak mutiara ilahi yang terhampar. Setiap kejadian sebenarnya tidak ada yang sederhana. Semua terjadi dengan sistem yang sangat rapi. 

Maksud yang hendak penulis sampaikan disini adalah setiap peristiwa dan kejadian itu unik untuk dikisahkan. Apalagi cara penyampaian kisah itu berbeda. Contoh saja, kita pergi ke undangan, ada acara pernikahan. Setiap orang yang hadir pada kesempatan itu akan memiliki cerita yang bervariasi. 

Ada yang pergi ke undangan dengan mendorong motor karena sempat mogok. Bagi mahasiswa yang ngekos ketika dapat hidangan yang 'spesial' pasti akan lain cara berceritanya membandingkan makanan serba mie instan di kontrakan. 

Pasti akan lain cerita bagi ibu-ibu yang melihat kok ada orang yang menggunakan pakaian yang mirip dengan apa yang dia kenakan. Akan berbeda lagi dengan 'dag-dig-dug' dari kedua mempelai. Semua akan mengisahkan yang berbeda pada satu peristiwa. Itulah kenapa kami sebut, menulis adalah menggambarkan sesuatu yang unik pada setiap penulis. Setiap orang punya sense dan cita rasa yang berbeda pada setiap peristiwa. Yup, tuliskan. 

5. Butir-butiran tasbih yang tercecer

Dengan kita merangkai kata untuk menuai makna. Maka, akan terhampar dan nampaklah tabir Ilahiah pada setiap peristiwa. Gunakan hati dan rasa kamu dalam bercerita. Diakhir baru bumbuilah narasi dan kisahmu dengan sedikit analisis agar kelihatan sinkron dan bernilai lebih. 

Poin pertama adalah tuliskan saja tidak usah dipikirkan, baik atau tidak. Poin terakhir adalah bagian pengecatan dan penataan taman jika kita analogikan pada rumah yang dibangun. Setelah ada inspirasi, ambil secarik kertas. 

Tuliskan poin demi poin urutan kejadian atau urutan yang akan kamu tumpahkan isi hati kamu. Langkah selanjutnya, tuliskan saja, jangan pusingkan. Langkah terakhir adalah edit, tambah seperlunya atau buang lebihnya agar warna tulisan lebih elok dilihat dan tidak nek rasa bumbunya. 

=============
Asera, Wanggudu, Konawe Utara
23 Juli 2018 di Kamar Sunyi pada keheningan malam, pukul 22: 09 wita.

==============

Bahan Bacaan:

Gladwell, Malcom. 2008. Outliers,.The Story of Success. United States. Little, Brown and Company.

Takariawan, Cahyadi. 2017. Menulis itu Membahagiakan Hati. Yogyakarta. Wonderful Publishing

Takariawan, Cahyadi. 2017. Agar Menulis Semudah Bernafas. Jogjakarta. Wonderful Publishing

Takariawan, Cahyadi. 2017. Langkah Mudah Membuat Buku. Jogjakarta. Wonderful Publishing

Takariawan, Cahyadi. 2017. Teknik Menulis Artikel. Jogjakarta. Wonderful Publishing



Jumat, 20 Juli 2018

"Dasar-dasar Menulis"


By
Mujiburrahman Al-Markazy

Pembaca sekalian, tulisan kali ini akan mengangkat bagaimana cara untuk menulis. Perlu diketahui, bahwa tulisan ini bersumber dari video yang diunggah pada kolom website yang menerangkan dan mengajarkan tentang dunia kepenulisan. Adapun nama website yang kami maksud adalah kelas.alineaku.co.id. Video tersebut diunggah pada tanggal  4 Mei 2018. Dan website itu dikelola oleh seorang pakar dalam dunia kepenulisan, yakni Pak Cahyadi Takariawan.

Pak Cahyadi Takariawan adalah seorang visioner yang telah menulis 46 judul buku, sekarang memasuki buku yang ke-47. Tapi, dalam proses cetak. Beliau juga telah mengisi berbagai kolom tulisan, baik di media cetak ataupun di media elektronik. Ada kurang lebih 600 artikel yang telah beliau hasilkan. tulisan beliau bisa dilihat pada www.kompasiana/PakCah.co.id atau dapat pula kita berkunjung ke keluarga.co.id

Beliau memulai dunia kepenulisan sejak masih berada di bangku SMA. Pada video yang berdurasi sekitar 37 menit 14 detik itu kurang lebih beliau sampaikan tentang apa yang menyebabkan beliau suka menulis. Alasan utama beliau suka menulis adalah dikarenakan hobi membaca yang telah tertanam sejak kecil.

Dari masih menginjakkan kaki di bangku SD beliau telah memiliki curiosity yang begitu kuat. Sehingga, beliau kebanyakan menghabiskan waktunya di perpustakaan. Walaupun anak-anak pada usia beliau sangat suka bermain. Tapi, beliau malah lebih condong menghabiskan waktu untuk membaca. Kebetulan ibu beliau adalah seorang kepala sekolah. Begitu pulang sekolah, ganti baju, langsung minta izin ambil kunci perpustakaan dan seharian sampai malam hari beliau keasyikan membaca. Sampai seluruh buku di perpustakaan 'lenyap' dibaca.

Mula-mula karya beliau seputar menulis puisi dan cerpen. Tapi, tulisan beliau baru berupa koleksi pribadi yang belum dicetak. Tampilan karya tulis beliau pertama adalah ketika beliau menanggapi satu tulisan di media massa pada kolom opini. Beliau merasa bahwa tulisan itu agak ngawur yang harus di luruskan. Kejadian itu berlangsung sekitar tahun 1986. Sekali menulis langsung diekspos.

Beliau merasa bahwa ternyata beliau punya bakat dan kemampuan menulis. Mulailah beliau tampil dalam dunia kepenulisan dengan lebih aktif. Menulis diberbagai media mulai dari koran lokal sampai koran nasional, majalah dan buletin kampuspun tidak lepas dari karya beliau menghiasi. Bahkan, dalam satu episode majalah bisa beberapa tulisan beliau. Cuman, beliau menggunakan nama samaran agar orang tidak menyangka cuman tulisan seorang belaka.


Beliau betul-betul menikmati hasil dari karya beliau. Sampai akhirnya beliau minta izin ke bapak beliau untuk menikah. "Bapak tidak usah pusingkan saya. Tidak usah memberikan biaya kuliah kepada saya. Alhamdulillah, saya telah dapat penghasilan dari hasil tulisan saya. Sekarang saya minta izin untuk menikah." Beliau menikah ketika masih dalam bangku kuliah sambil beliau terus berkarya.


Pada video ke-1 tersebut, beliau menjelaskan kurang lebih ada beberapa hal tentang kepenulisan.


A. Tujuan Menulis
     Pak Cahyadi Takariawan merumuskan  tujuan menulis ke dalam beberapa bagian :

1. Tujuan Ideologis, yaitu seseorang menulis berdasarkan pada satu keyakinan hidup tertentu atau misi tertentu. Lalu orang tersebut ingin mempengaruhi orang lain dengan apa yang dia yakini melalui tulisan.

2. Tujuan Akademis
Tulisan yang terikat oleh sejumlah aturan akademik. Biasanya yang ditulis oleh dosen dan guru. Semacam buku Referensi untuk Mahasiswa dan Siswa.  Bisa juga untuk kepentingan kenaikan jenjang atau kepangkatan.

3. Tujuan Ekonomis
Menulis untuk tujuan mendapatkan materi. Dengan kata lain menulis sebagai profesi.

4. Tujuan Psikologis
Untuk katarsis, untuk menumpahkan emosi sehingga suasana hati menjadi adem. Bisa juga sekedar untuk berbagi kebahagian atau kesedihan yang dimiliki.

5. Tujuan Politis
Biasanya tulisan yang dilakoni oleh pelaku politik praktis atau menulis dengan cara dan pendekatan politis. Atau hanya sekedar memberikan edukasi politik kepada masyarakat.

6. Tujuan Pedagogik
Untuk melanjutkan proses pendidikan. Atau untuk mengedukasi orang lain tentang gaya hidup dan hal - hal praktis dalam hidup.

7. Tujuan Medis
Menulis bagian dari terapi karena diyakini menulis itu menyehatkan. Baik bersifat mental atau psikis juga fisik. Atau pencegahan penyakit tertentu.

8. Tujuan Praktis atau Pragmatis
Menulis untuk tujuan mendapatkan popularitas. Atau mendapatkan posisi tertentu. Bisa juga menggabungkan semua tujuan - tujuan tersebut diatas. Artinya tujuan dalam menulis tidak tunggal, semata wayang. Melainkan bisa beberapa kolaborasi dari beberapa tujuan menulis di atas.

B. Manfaat Menulis.

Menurut Pak Cahyadi Takariawan, ada 2  manfaat dari menulis yaitu;
Pertama, kemanfaatan bercorak Nilai / Spiritual dan kedua kemanfaatan bercorak Praktis. Keduanya memberi motivasi tersendiri dalam menulis.

I. Kemanfaatan Bercorak Nilai
Adapun beberapa manfaat nilai yang dihasilkan dari menulis adalah.

1. Meningkatkan gairah membaca dan terus ingin belajar.
Kenapa demikian? Karena kalau orang menulis tetapi malas membaca maka tulisannya tidak akan berkembang. Tulisannya cenderung monoton.  Tidak memiliki perluasan pengetahuan. Banyak menulis, akan banyak membaca dan semakin banyak belajar.

2. Melatih Berfikir Logis dan Sistematis Menulis baik Fiksi maupun Non Fiksi akan melatih berpikir logis dan sistematis.

3. Cara Untuk Mengikat Makna
Pak Hernowo selalu mengatakan dalam tulisannya bahwa "Membaca itu  menangkap makna sedangkan menulis itu mengikat makna". Makna yang sudah ditangkap dari hasil membaca akan diikat dengan tulisan yang kita buat. Dengan menulis, hal - hal yang sudah dibaca tidka mudah hilang atau menguap tetapi akan tetap diingat dan terpatri.

4. Sarana Katarsis
Dengan media tulisan, perasaan yang semerawut akan menjadi lega dan ringan.  Orang yang sering menulis akan jauh dari stres dan depresi. Disebabkan oleh muatan emosi telah tertuang dalam tulisan.

5. Sarana Dakwah
Ada hal yang tidak bisa disampaikan dengan lisan tetapi bisa disampaikan dengan tulisan. Menulis menjangkau tempat - tempat yang sebelumnya belum dijangkau.

6. Sarana Edukasi dan Berbagi
Memberikan pencerahan dan berbagi dengan orang lain. Menulis bisa dibaca oleh jutaan orang karena bisa menyebar kemana - mana.

7. Adanya Kepuasan Mental, Intelektual dan Spiritual.
Ada kepuasan tersendiri ketika kita telah selesai menulis sebuah buku atau artikel. Yang lebih membahagiakan ketika tulisan kita telah dipublikasikan. Maka, ada perasaan haru dan bahagia yang tidak terniliai oleh apapun.

Insyaallah, setelah kita mengetahui tujuan dan manfaat menulis. Maka kita akan semakin termotivasi untuk senantiasa menulis.

(Bersambung)...
Ke video II

Asera, Wanggudu, Sulawesi Tenggara.
Jumat, 20 Juli 2018

Jumat, 13 Juli 2018

Kamupun Bisa Menulis: 7 Poin Menjadi Penulis


By
Mujiburrahman Al-Markazy

Bismillah, Alhamdulillah, Allahumma Sholli ala Rasulillah wa syahidi waman wala.

Wahai saudaraku, untuk apa kita hidup...?
Yah, untuk ibadah, mengabdi kepada Allah dan bermanfaat kepada sesama. Hemmmm, tahukah kamu bahwa ada aktifitas yang bisa kamu lakoni dalam mengisi relung kekosongan pada aktifitas kamu. Subhanallah, bukan hanya bernilai ibadah semata tapi sarana berbagi kebaikan untuk sesama. Apakah itu? Menulis. Yah, menulis adalah sarana terbaik selain untuk memanifestasikan nilai ibadah juga sarana berbagi kebaikan untuk sesama.

Dunia ini berkembang sesuai zamannya. Dulu aktifitas tulis-menulis selalu berkaitan erat dengan, pulpen dan kertas. Kemudian berkembang menjadi, komputer atau laptop, printer dan kertas. Selanjutnya, berkembang dunia cyber dengan perangkat internetnya. Bahkan, ada pencanangan kedepan bahwa akan ada "Dunia tanpa kertas". Artinya, walaupun ilmu pengetahuan yang erat kaitannya dengan dunia buku dan tulisan. Maka, nanti jenis percetakan itu berubah dari mencetak buku dalam bentuk print out menjadi elektronik book atau lebih dikenal dengan istilah e-book.

Dalam buku Pak Cah, Panggilan akrab Cahyadi Takariawan beliau menulis sebuah ungkapan, "Jika ada pencanangan program 'dunia tanpa kertas', penulis tetap bisa eksis." Hemmmm, karena aktifitas menulis adalah aktifitas yang tidak pernah mati. Boleh saja ada "Dunia tanpa kertas". Tapi, tidak akan pernah ada "Dunia tanpa tulisan". Alam semesta ini adalah tulisan dan Maha karya Ilahi Rabbi. Lihat, bagitu pentingnya tulisan dan bacaan, sehingga perintah Allah pertama kali adalah "Baca". Baca senantiasa identik dengan tulisan baik itu tulisan dalam pengertian hakiki ataupun tulisan dalam pengertian majazi.

Dengan menulis semua karya yang pernah kita telurkan akan tetap abadi selama zaman itu masih ada. Hemmmm, ajibnya lagi bahwa kwalitas atau hasil tulisan kita selamanya abadi tanpa berkurang sedikitpun kwalitasnya. Berbeda dengan kita meninggalkan karya berupa pesantren, RS, Sekolah, sumur dan sebagainya yang bisa kemungkinan berkembang lebih besar dengan ketiadaan kita atau malah akan habis dengan kepergian kita. Karya yang telah kita torehkan akan abadi. Yah, walaupun sang penulis telah meninggalkan dunia ini tapi karyanya abadi. Sampai datang kiamat.

Hemmmm, "Jika anda ingin hidup lebih lama dari umur anda, maka menulislah." ---Mujiburrahman Al-Markazy.

Coba buka kitab Arbain Nawawi, kita akan temukan hadist yang menceritakan tentang makhluk apa pertama kali yang Allah ciptakan, Pena. Yah, Pena. Pena itulah yang menulis semua kejadian sampai hari kiamat. Semua telah tertulis, sejak awal dunia hingga berakhirnya dunia. Kita semua telah tertulis dalam kitab maha karya Allah swt, Lauhil Mahfuz. Hemmmm, maka jadilah penulis yang menulis dengan kalimat-kalimat zikir. Setiap goresan penamu adalah ibadah. Menulislah, anda akan hidup tidak untuk hari ini, tapi selama dunia masih tegak. Seperti itulah umur  'amal' anda.

Dibawah ini, hamba ingin berbagi, bagaimana pentingnya menulis. Semoga kita bisa berbagi manfaat dengan tulisan-tulisan kita.

1. Panjang umur

Iya, seorang penulis adalah orang yang paling panjang umurnya. Diatas tadi sudah sempat disinggung bahwa walaupun hidup kita telah berakhir. Tapi, karya tulis kita masih bisa bermanfaat bagi orang lain. Inilah yang namanya panjang umur.

Secara zahir umur tetap tidak bisa berubah, tapi kita bisa menambah manfaat umur kita walaupun kita telah hidup di bawah tanah. Bukankah, Maulana Zakaria Al-Kandahlawi Dab., pernah mensyarah hadits Muslim dalam kitab Fadhilah Sedekah pada Bab Silaturahim. Beliau menjelaskan tentang makna panjang umur yang disebabkan oleh amalan silaturahim. Beliau sampaikan,"Kebanyakan ulama memahami panjang umur disini adalah dari segi manfaatnya."

Coba perhatikan, para guru-guru kita, alim-ulama. Semua mereka telah menulis disamping mereka juga mengajar secara langsung. Hemmmm, Subhanallah karya-karya mereka telah menghiasi jagad Ilmu pengetahuan, baik dari segi hukum-hakam agama, tauhid, Tasauf dan adab, sains, kimia, aritmatika, logika dan sebagainya. Singkatnya, mereka telah melakukan kontemplasi dan perenungan yang dalam, baik perenungan ayat-ayat qauliah dan ayat-ayat qauniah.

Karya itu, telah dibaca oleh jutaan orang bahkan milyaran orang di seluruh dunia. Kitab asli yang telah diterjemahkan ke dalam semua bahasa. Sungguh, suatu warisan yang tidak tertandingi nilainya. Insyaallah, mereka akan tetap mendapatkan bonus pahala kebaikan dari karya mereka juga mendapatkan bonus pahala dari orang yang menjadi baik disebabkan tulisan mereka tanpa mengurangi pahala amalan orang yang 'tercerahkan' dengan tulisannya itu sedikitpun.

2. Meneruskan Amalan Ulama yang hilang

Hari ini, banyak orang berzikir, berdoa, shalawatan, berdakwah, mengajar di pondok pesantren dan lain lain. Tidak dipungkiri itu semua amalan ulama yang luar biasa, turun-temurun. Tapi, ada amalan yang hampir ditinggalkan oleh para santri atau murid dari para ulama itu, yakni menulis. Berapa banyak karya yang telah ditulis. Dari sekian banyak kader lulusan pondok pesantren, Ribuan bahkan ratus ribuan tapi berapa lulusan yang berkarya dalam bidang menulis. Allah...! Kalau ada 10 orang sudah syukur.

Hemmmm, coba lihat bisa 1: 10.000. Allah...! Seperti inikah, keadaan kita sekarang ini, begitu lemah dan papa. Coba kita bandingkan dengan orang kafir yang setiap hari mengeluarkan jutaan karya tulis. Maka, pantaslah jika ada persepsi yang sudah terlanjur berkembang bahwa ilmu pengetahuan berasal dan berkembang dari orang-orang kafir itu. Hemmmm.

Sungguh miris, kita sebagai pemilik dan gudang ilmu pengetahuan tapi malah menjadi miskin dan pencuri terbaik. Seolah ilmu pengetahuan berkiblat kepada orang yang tidak kenal tuhan itu. Allah...! Semoga Allah maafkan salah dan lemah kita. Tapi, bagaimanapun kita harus bangkit untuk mengisi posisi-posisi yang kosong dari warisan para ulama tersebut. Allahu Akbar!.

Sebenarnya, saya ingin menangis, merengek kepada para ustadz untuk menorehkan karya tulis demi kemaslahatan umat. Biarlah ocehan tipis ini berlalu. Tapi, saya ingin sampaikan, "Wahai para da'i, wahai para ustadz ku Menulislah untuk ku, untuk umat dan untuk kejayaan Islam. Agar engkau menciptakan suasana membaca bergelora, agar suasana ilmu jadi hidup, agar membakar semangat kaum muda setelah generasi mu." Hemmmm, jangan kau pedulikan ocehan orang yang melemahkan, bangkit dan isi kekosongan ini. Walaupun, sesibuk apapun dalam dakwah, mengajar, bekerja tetap masih ada waktu untuk menulis. Sisipkanlah ia.

3. Menulis, mengikat hikmah

Kadang, terlintas dalam fikiran kita. Apa yang harus saya tulis. Menulislah, tulislah apa yang mengalir dalam jiwa dan perasaan. Dalam menulis, ada 2 aktifitas.

Pertama, menulis itu sendiri. Menulis adalah aktifitas mentransfer nilai luhur, upaya membangkitkan kesadaran, menyalurkan unek-unek di hati berdasarkan apa yang telah kita ketahui sebelumnya atau berdasarkan satu kejadian yang telah lewat maupun yang kita khawatirkan ataupula yang kita harapkan. Yah, sangat simpel, menulis adalah aktifitas hati. Poin ini tidak butuh pemikiran yang dibutuhkan hanyalah penyaluran emosi dan perasaan. Tidak usah berfikir bagaimana kalimatnya, pokoknya tulis.

Sisi kedua dari menulis adalah menyesuaikan kata, kalimat dan paragraf. Ini aktifitas tersulit bagi para penulis itu sendiri. Inilah proses berfikir dalam menulis dibutuhkan. Jadi, kenapa mesti pusing dengan yang susah. Mulailah menulis, proses editingnya nanti saja, setelah menulis. Pahami ada aktifitas menulis yang membutuhkan imajinasi dan transfer emosi. Terakhir adalah bagian editing, penyesuaian kata, kalimat, paragraf dan terakhir adalah publikasi.

Dengan menulis, makna yang kita pahami melalui perenungan yang panjang, hikmah dalam suatu peristiwa telah ditulis. Itulah, ikatan ilmu yang sangat kokoh dan rapi. Semua hikmah yang telah kita dapat dari bacaan yang tertulis maupun yang kita baca dari perenungan penciptaan Allah yang terhampar di langit dan di bumi. Perenungan yang dalam itu, akan pudar laksana awan, yang awalnya membentuk lafaz Allah, indah nan cantik akan hilang seiring dengan berlalunya waktu. Tapi, jika tuliskan makna yang terlewat dalam benak kita itu, maka ia akan abadi dan menjadi hiasan hidup bukan hanya hari ini, tapi seterusnya dan selamanya. Insyaallah.

4. Hemmmm, karena saya ingin

Yah, semua bermula dari keinginan. Sekuat apapun cambuk dipukul. Jika kudanya tidak mau berjalan, tetap ia tidak akan melangkah. Hanya dengan keinginan itu, insya Allah kita bisa menulis. Mulailah dari yang terbayangkan, terus bayangkan dan tulislah. Menulis adalah mengecap rasa dalam suasana kemudian digoreskan dalam bentuk tulisan. Baik yang kita dengar, tetesan air, lewatnya seekor semut, warna pakaian, sifat seseorang atau kejadian apapun yang terjadi bersamaan dalam satu detik bisa dilukiskan dalam bentuk tulisan kemudian dibumbui dengan sedikit analisa. Yah, jadilah sebuah tulisan.

 Menulislah bagian demi bagian. Awalnya mungkin peristiwa merah, menyusul kejadian kuning, kemudian bersamaan dengan itu terjadilah peristiwa hijau. Menulislah, bagian demi bagian. Semuanya. Tidak harus urut, mana saja yang dianggap mudah. Tulislah.

Setelah bagian-bagian itu tertuang dalam naskah. Hemmmm, coba disorot akan nampak pelangi kehidupan dari apa yang kita tulis. Jadi, mulailah menulis walaupun hanya di laptop, atau di HP, atau di balik kertas belanja. Apapun itu dengan media apa saja, tulislah. Nanti diperbaiki.

5. Berbagi kebaikan

Apa yang menggembirakan hati ini. Kalau bukanlah suatu kebaikan pasti kehampaan yang terjadi. Hadirkan Allah dalam tulisan kamu. Tulisan kita hanyalah gumpalan tasbih para sufi untuk bercengkrama dengan tuhannya.

Tinta yang kita gores hanyalah warna segar dari darah para syuhada. Menulislah dengan gelora cinta kepada Allah, maka kamu bukan hanya berenergi tapi memberikan transfer energi positif dari Sang Ilahi. Hemmmm, kamu harus mencobanya. Tulislah apa yang kamu nikmati dan nikmatilah apa yang kamu tulis. Insyaallah, tulisan kamu bukan hanya sebagai transfer nilai dan ilmu pengetahuan tapi akan menghidupkan jiwa yang mati, insya Allah.

6. Karena kamu itu unik

Setiap orang yang Allah ciptakan berbeda. Baik itu perbedaan jasmaniah atau batiniah. Apa yang kamu simpulkan, makna yang bisa kamu tangkap itu adalah anugerah imajinasi yang Allah berikan kepada kamu. Unik. Apalagi, dengan gaya menulis kamu yang pasti berbeda dengan orang lain. Tidak ada ketentuan khusus dalam berapa banyak bab dalam satu judul. Berapa paragraf dalam satu subjudul. Berapa kalimat dalam satu paragraf dan berapa kata dalam kalimat. Semua sesuka penulisnya. Bagaimana gaya seseorang dalam menulis.

Yah, setiap kita sama dengan para penulis super itu. Diberi modal 26 huruf dan beberapa tanda baca. Jika makna dalam peristiwa, hikmah dalam kejadian. Pemahaman yang muncul berdasarkan susana hati tidak diabadikan dalam bentuk tulisan. Sayang sekali, pasti 'sesuatu' itu akan hilang seiring dengan perubahan suasana hati dan padatnya kesibukan.

Perhatikanlah, kitab Shohih Bukhari yang fenomenal itu ditulis dalam kurun waktu 16 tahun. Dalam satu malam Sang Imam bisa terbangun 16-20 kali dalam semalam untuk menuliskan hadist yang beliau dengar dan ingin disampaikan agar didengar, dibaca, dan dipahami oleh orang lain.

7. Menulis membahagiakan hati

Anda percaya atau tidak. Sekarang ini ada terapi jenis baru, yakni terapi menulis. Pada tahun 2011 ada sebuah penelitian tentang, "pengaruh terapi menulis pengalaman emosional terhadap penurunan depresi pada mahasiswa tahun pertama." Hasil studi menyebutkan bahwa adanya penurunan depresi yang luar biasa dari mahasiswa tersebut. Hal ini telah dibuktikan terlebih dahulu oleh Karen Baikie dari Universitas New South Wales.

Percayalah, dengan menulis kamu bisa berteriak, tanpa perlu mengganggu orang lain. Kamu bisa berbagi manfaat dalam waktu yang berkepanjangan. Kamu bisa didengar tanpa bersuara. Dan insya Allah, kamu akan tetap abadi walaupun sudah mati.

Jazakallah khairan katsira. Selamat menjadi penulis. Tulislah untuk suatu kebaikan. Maka, sang malaikat senantiasa akan menuliskan semua produk kebaikan yang dilahirkan dari tulisan kamu. Insyaallah. ---- Mujiburrahman Al-Markazy

Bahan Bacaan:

Takariawan, Cahyadi. 2017, Menulis Membahagiakan Hati, Jogjakarta, Wonderful Publishing



Takariawan, Cahyadi. 2017, Agar Menulis Semudah Bernafas, Jogjakarta, Wonderful Publishing